Sabtu, 03 Januari 2015

cinta itu rumit

Sini.

Kau dekatkan telingamu padaku..

Kubisikan satu rahasia tentang diriku, dan kamu berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapapun?

Kemudian lelaki, tepatnya teman kecilku berpindah duduknya menjadi dekat denganku, dengan muka yang aneh dan menatap gadis didepan yang asik bermain demprak dengan senyum yang sumringah.
“apakah kamu tahu, aku mengaggap juli itu sebagai pelangi” bisiku sembari senyum

Kemudian teman kecilku itu menatapku dengan serius, dahinya mengkerut

“aneh”

“hahahaha belum selesai lah, kau tahu mengapa aku menganggapnya pelangi?”

Aku berhasil, dia Nampak penasaran.

“tidak, kau memang aneh, tapi teruskanlah”

“kau tahu kapan pelangi itu muncul?”

“setelah hujan, Dan itupun terkadang dia menampakan dirinya”

“benar sekali” kemudian kami menatap juli, aku tersenyum dan rendi menatapku dengan aneh.

“hey, cobalah kau jelaskan padaku, apa maksudmu?”

“hahaha kau penasaran rupanya ren?”

“kau tau sesingkat apa pelangi Nampak? Dan kau tau tidak ada seorangpun bisa untuk mendapatkan nya, terlebih itu dariku”

Kali ini kami memandang juli sembari mengayun-ayunkan kaki diatas sebuah batang pohon yang sudah lama tumbang, dan juli, dia seolah asik dengan permainannya di balik pelangi diatas sana hanya sesekali saja menatap kami berdua.

“oh rupanya kau suka padanya?” rendi menebak-nebak apa maksudku.

Aku akui aku suka padanya, sejak kali aku tau bagaimana itu sebenarnya rasa suka terhadap seseorang, aku menjatuhkan pilihan kepada juli.

“iya ren”

“lalu, kenapa kau menganggapnya pelangi?”

“kau tahu apa akibatnya jika seseorang menaruh rasa suka kepada sahabatnya sendiri?”

“tidak, aku tidak pernah mengerti hal semacam itu, kau tahu, kita masih kelas 2 smp dan hal seperti itu tabuh untuk kita bicarakan” ucapnya

“entah lah, tapi aku begitu menyukainya” kali ini aku coba meyakinkan dia

“kau salah, kenapa tidak kau anggap dia seperti bunga di taman bunga”

“maksudmu?” aku menatapnya dengan serius

“kau harus mengejarnya meski sulit untuk kau kejar, bunga itu pasti kau temukan diantara bunga-bunga yang lain”

Aku mengerti maksudnya, kali ini aku tersenyum menatap juli yang sedang asik bermain sendiri di depan.

“begini saja ren” aku menepuk pundaknya dan kutaruh tangan di pundaknya, kami masih saling menatap juli.

“aku katakan padamu apa yang sering orang dewasa katakan, cinta itu rumit, terlebih lagi cinta kepada sahabat sendiri, semua akan terasa indah di awal, seolah dunia milik kita berdua tapi kau harus tau cepat atau lambat singkat atau panjang kau akan kehilangan sahabat kau sendiri, awalnya penuh dengan canda tawa seolah pasangan kau lah paling sempurna karna mengetahui satu sama lain, tapi seperti layaknya pelangi dikejauhan semua rasa itu, semua canda itu akan hilang”

Rendi mendengarkan ucapanku dengan serius.
“sudahlah kau akan tau pada masanya nanti” aku meyakinkan dia.

Dari arah depan juli menghampiri kami dengan senyum yang lebar, bulu matanya yang tebal itu dan sifatnya yang selalu ceria, dengan nafas yang terburu-buru..

“awas lo” dia coba memisahkan jarak duduk kami berdua, dia duduk di tengah.

“sini minum gue” dengan nada yang cuek

“nih” aku mengambilkan minumnya yang sejak tadi ku pegang dengan tangan satunya.

Kami menatap pelangi dari sebuah lapangan dan duduk di atas batang pohon tempat biasa kami berbagi, juli duduk di tengah dan seperti biasa dia menyenderkan kepalanya di pundak ku, aku tersenyum, rendi menatapku dengan aneh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar