Aku
hanya orang yang sangat pesimis, terkadang rasa pesimis ku menjadi realistis.
Aku takan pernah bisa seperti apa yang kamu mau, aku juga bukan seperti masa
lalumu yang selalu kamu idamkan di masa depan, bahkan aku bukan gebetan kamu
yang selalu memberimu harapan. Aku adalah aku dengan sejuta kerinduanku, dan
aku adalah aku yang di kelilingi sejuta kasih sayang tanpa tersampaikan.
mengertilah kasih, rindu dan sayang ini hanya untukmu seorang. Terakhir kali
aku merindu seperti ini adalah ketika perjumpaan pertama kita, iya, aku rindu
perjumpaan pertama kita dan aku rindu senyum dan tawamu disaat kita mulai
saling mengenal.
Kasih,
apakah aku seorang yang sangat egois, merindukanmu yang dulu hingga sesakit
ini, atau apakah aku seorang yang bodoh membiarkan hati ini kosong sejak lama
disaat kamu mencampakannya. Apakah kamu sengaja membiarkan aku memohon kepadamu.
Sudah sekian lama hari terlewati, sekian banyak orang yang menertawakan rasa
rinduku. Aku takan pernah perduli, aku hanya perduli terhadapmu kasih,
mengertilah. Terkadang dalam sepiku, rasa rinduku selalu ingin pergi, tapi aku
selalu menahannya, aku akui menanam rindu sehebat ini sakit, tapi meluapkannya
dan coba menghubungimu itu lebih sakit.
Kasih,
apa kamu ingat pertemuan singkat kita terakhir kali, bolehkah aku sedikit
bernostalgia di sini. Menancapkan satu luka lagi di salah satu bagian dari
hatiku. Membiarkan rasa pedih merangsek masuk ke kerongkonganku hingga aku
tersendat. Aku tidak pernah perduli seberapa singkat pertemuan kita waktu itu
atau seberapa lama kita memadu kasih, bagiku singkat atau lama semua sama saja,
kehilangan itu sama beratnya terlebih kehilangan dirimu.
Malam
ini, di bawah hitam pekat dan sedikit taburan bintang di atas sana, sengaja ku
coretkan tintaku sedikit, agar semestapun ikut menertawaiku karena berani
merindumu hingga sehebat ini. agar kamupun menjadi sedikit peka, ada aku yang
masih lancang untuk mengingat memori kenangan kita. Semoga kamu tidak bodoh
kasih, selamat malam untuk kamu yang aku rindukan J