Sekali lagi aku katakan padamu, aku bukan sok puitis..
Ketika langit jingga senja menyelimuti gentingku,
perasaan ku menggaduh, menggaduh segaduh-gaduhnya, tapi sekali lagi aku katakan
padamu, aku bukan sok puitis…
Kemarin aku melihat seorang remaja lewat depan rumah
ku, menebarkan senyum yang tidak biasa, dengan pakaian tertutup yang anggun dan
ke-kinian, bukankah sudah ku katakan tadi, aku bukan sok puitis.
Sekarang aku melihatnya lagi, pandangannya lurus
kedepan, tak pernah sedikitpun menoleh kearahku, alis tebalnya dan hidungnya
yang mancung itu sungguh membuat aku terpesona.
Esok hari, kubayangkan dirinya lewat di depanku…
Kemudian..
Hitam kian menutupi jingga..
Ramai kian berlalu menjadi kesunyian..
Dan kamu, kamu tak kunjung lewat di hadapanku…
Puluhan jingga sudah berganti dengan hitam pekat
dengan taburan setitik cahaya..
Dan kamu tak kunjung juga melewatiku seperti jingga
sebelumnya..
Sekarang aku tersadar, aku muak, lagi-lagi aku
mendapati harapan palsu ini mengunjungiku untuk kesekian kalinya..
Tidak, kali ini aku katakan padamu ini bukan
kesalahanmu, aku tidak muak dengan dirimu..
Aku muak dengan diriku sendiri yang dengan mudahnya
mampu berharap orang seperti dirimu..
Iya, memang pantas orang sepertimu untuk diharapkan,
dengan sejuta pesona paras mu yang aduhai, lelaki mana pula yang bodoh tidak
melihat mutiara yang indah sepertimu..
Aku pernah mengatakannya dari awal bukan? Aku bukan
sok puitis, aku hanya berusaha dan sok menutupi kesunyian ku di kala hitam
berhasil merenggut jingga, itu saja..